Dunia ini begitu luas untuk kita maknai dengan hiruk pikuk problema kehidupan yang menghampiri setiap manusia. Keberhasilan dan kegagalan merupakan hal yang lumrah terjadi di dalam hidup kita seakan menjadi bumbu dalam cara memakai arti kata hidup.Terlepas dari itu manusia kerap menganggap kegagalan adalah masalah besar acap kali hadir. Jatuh lagi bangun lagi jatuh lagi terus bangun lagi, dan setiap masalah kegagalan kemungkinan besar menjadi faktor utama manusia menjadi frustasi. Kata frustrasi ini tidak asing untuk di dengar di setiap orang yang selalu di terpa oleh ujian dan masalah, yang mana paradigma tentang frustrasi ini seakan membuat manusia stag dalam perjuangan dan pergerakan bahkan dapat membuat mundur seseorang.
Tapi menarik jika mau kita bahas karna ternyata Frustrasi Bukan Musuh, Tapi Motor Rahasia Kesuksesan Kita sering dibilang: “Jangan frustrasi, nanti stres!” atau “Kalau frustrasi, berarti kamu gagal mengendalikan diri.”Tapi pernah nggak kamu mikir gimana kalau justru frustrasi itu adalah bahan bakar terbaik buat dorong kamu ke titik balik hidup? Banyak renungan yang saya jadikan acuan dan menjadi inspirasi saya yang saya gunakan sebagai cara memandang satu kata yang namanya frustrasi setelah saya membaca Buku The Power of Frustration karya Zhisak K. Naen nggak Cuma nyentil pikiran, tapi juga ngajak kita ngelihat rasa frustrasi dari sisi yang jarang orang sentuh frustrasi itu energi mentah, liar, dan penuh potensi kalau tahu cara ngelolanya dalam bentuk respon kita memandang sebuah rasa frustrasi.
- Frustrasi Itu Tanda Kamu Hidup
Kalau kamu frustrasi, artinya kamu masih peduli. Masih ada keinginan besar dalam diri kamu. Orang yang nggak punya harapan,nggak bakal frustrasi. Mereka pasrah. Tapi kamu? Kamu gelisah, karena kamu tahu kamu pantas dapat lebih.Naen bilang, rasa frustrasi itu kayak sinyal alarm dari jiwa kita sendiri: “Hey, ada sesuatu yang penting buat kamu, ayo bangkit dan rebut itu!”
- Dari Kecewa ke Aksi
Masalahnya bukan frustrasinya, tapi apa yang kita lakukan setelahnya.Banyak orang berhenti di titik kecewa. Nangis, ngeluh, lalu stuck.Tapi di buku ini, Naen ngajarin sesuatu yang beda: ubah frustrasi jadi pendorong aksi,Caranya? Bukan dengan menyangkal rasa sakitnya, tapi dengan menerima dan mengolahnya jadi bensin perjuangan.Ingat Thomas Edison? Frustrasi ribuan kali gagal bikin bola lampu? Atau J.K. Rowling yang frustrasi karena naskahnya ditolak terus? Mereka nggak buang rasa frustrasi mereka peluk, mereka olah, mereka arahkan.
- Frustrasi Bikin Fokus
Ketika kita frustrasi, biasanya pikiran kita lagi “nggak enak.” Tapi justru di situ kesempatan buat memperjelas Apa yang sebenarnya kita inginkan? Kenapa kita marah atau kecewa? Apa yang belum kita lakukan sepenuh hati?Naen menyebutnya “The Frustration Clarity Loop”semacam siklus kejernihan yang muncul dari rasa frustrasi.Setelah sadar sumber frustrasi kita, keputusan yang kita ambil jadi lebih tajam. Langkah kita jadi lebih terarah.Jadi, Haruskah Kita Nyari Frustrasi?Bukan. Tapi ketika dia datang dan dia pasti akan datang kita jangan langsung tolak.Sambut dia. Dengarkan pesannya. Karena bisa jadi, itu adalah tamu penting yang datang membawa peta rahasia menuju level berikutnya dari diri kita.
Setelah saya membaca buku itu cara saya memandang keresahan dalam kegagalan jauh lebih berbeda,mengalihkannya dengan hal-hal yang lebih positif jadi buat kamu yang hari ini lagi ngerasa frustrasi karena mimpi belum tercapai, kerjaan nggak sesuai passion, atau hidup kayak stuck di tempat tenang.Kamu nggak sendiri. Dan yang lebih penting: kamu nggak salah.Mungkin ini bukan akhir.
Mungkin ini awal dari versi terbaik kamu yang sedang lahir lewat frustrasi.Kamu cukup sedikit peka aja dalam memandang dari sudut lain terhadap frustrasi
